Archive for kangkung darat

Kiat menanam Kangkung Darat Yang Renyah

Posted in Pertanian with tags , on September 6, 2010 by Slamet Sutrisno

Siapa yang tidak tahu sedapnya tumis kangkung. Seporsi tumis kangkung di rumah makan terkenal seperti Ayam Taliwang harganya cukup aduhai. Tapi memang bahan baku kangkungnya berkualitas tinggi. Segar, masih muda, berpenampilan menarik, empuk, tidak alot. Kangkung yang dipakai oleh restoran –restoran berkelas biasanya adalah kangkung darat, bukan kangkung yang ditanam disawah atau di comberan. Kangkung darat ini di tanam dari biji kangkung yang dapat dibeli di toko pertanian seperti Tani Sugih di bilangan Jalan Pasteur Bandung. Biji kangkung ini harganya cukup mahal. Untuk saat ini berkisar Rp.75.000,00 sekilo. Bentuknya bulat kehitaman mirip biji kapok randu. Kalau di toko pertanian biasanya sudah dicampur pestisida ringan yang diberi pengenal warna agak orange atau merah jambu. Ditoko tertentu kita dapat membeli eceran per 1 ons yang dibanderol sekitar Rp.10.000,00 Bila anda membeli bibit, perhatikan expired dates-nya. Bila telah mendekati expired dates, biasanya daya tumbuhnya sudah menurun. Jangan membeli bibit yang sudah kadaluarsa. Untuk yang dijual eceran, kita tak dapat melihat expired datesnya. Di dataran tinggi, kangkung tetap dapat tumbuh, tapi tidak sebaik di daerahdataran rendah. Tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah yang cukup gembur dan subur. Pertumbuhan akan lebih baik bila tidak di tanam di bawah naungan pepohonan. Bila kurang menerima sinar matahari sepanjang hari, maka kangkung akan tumbuh kurus dan beruas panjang. Tanah yang subur dan berpengairan cukup sangat dibutuhkan tanaman ini. Hal ini mutlak agar tanaman sudah tumbuh optimal ketika usianya berkisar 40 hari. Tanaman kangkung yang sudah berusia lebih dari 40 hari, sudah akan menurun kualitasnya. Meskipun masih bisa dimasak, kangkung yang sudah ”tua” harus dipilih bagian pucuknya saja untuk dimasak. Kesalahan yang biasa dilakukan petani kangkung adalah menanami lahannya yang cukup luas secara bersamaan, kemudian memanen hasilnya secara berangsur-angsur. Dalam hal ini berarti tanaman yang di panen belakangan umurnya sudah terlalu tua, sehingga setelah menjadi hidangan citarasanya tidak seperti yang diinginkan. Lalu bagaimana agar kangkung yang kita panen tidak terlalu tua? Umur kangkung yang berkisar 40 hari tersebut kita jadikan sebagai patokan. Katakan kita punya lahan seluas 400 M2 yang bisa ditanami kangkung. Kalau kita ingin memanen sepuluh kali dengan kelang panen selama 5 hari, maka kita lakukan sebagai berikut:

  1. Lahan dibagi menjadi 10 bedeng @ 40 M2
  2. Bedeng pertama kita olah dan kita tanami
  3. Lima hari kemudian, kita menanam di bedeng kedua, demikian seterusnya sampai bedeng ke sepuluh
  4. Ketika kita menanam bedeng yang ke delapan, berarti tanaman di bedeng pertama sudah berumur 40 hari, berarti siap di panen
  5. Ketika kita menanam di bedeng ke sepuluh, berarti kita juga sudah bisa menanam lagi di bedeng pertama yang sudah selesai di panen dan diolah lagi.

Tentunya akan timbul pertanyaan. Bagaimana jika hasil panen kangkung untuk tiap bedeng yang luasnya 40M2, tidak akan habis kita masak sendiri. Atau bahkan mungkin terlalu banyak untuk pasar di lingkungan kita. Kalau demikian halnya kita dapat membagi lahan tidak hanya menjadi 10 bagian, tapi dapat kita bagi menjadi 20 bagian. Dengan demikian kita dapat melakukan panen dua atau tiga hari sekali. Yang penting sesuaikan dengan kebutuhan kita. Atau kalau untuk dijual, sesuaikan dengan kebutuhan atau daya serap pasar. Yang paling penting adalah menjaga agar kualitas panenan kita tetap berkualitas tinggi, yaitu segar, muda dan berpenampilan menarik. Wah, kayak gadis saja.